BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peserta didik datang ke sekolah dengan harapan agar dapat mengikuti
pendidikan atau pembelajaran dengan baik. Tetapi tidak selamanya
demikian. Ada berbagai masalah yang mereka hadapi, bersumber dari
ketegangan karena tugas-tugas yang diberikan, ketidakmampuan mengerjakan
tugas, keinginan untuk bekerja sebaikbaiknya tetapi tidak mampu,
persaingan dengan teman, kemampuan dasar intelektual yang kurang,
motivasi belajar yang lemah, kurangnya dukungan orang tua, guru yang
kurang ramah, dan lain-lain. Masalah-masalah tersebut tidak selalu dapat
diselesaikan dalam situasi belajar-mengajar di kelas, melainkan
memerlukan pelayanan secara khusus oleh guru di luar situasi proses
pembelajaran. Bimbingan belajar yang ditujukan untuk memfasilitasi
konseli/peserta didik mampu mengenal lingkungan. Melalui bimbingan ini
konseli /peserta didik diharapkan mengalami learning to learn (belajar
untuk belajar), yakni konseli/peserta didik mampu belajar untuk belajar.
Bahwa hasil belajar saat ini dapat mendasari dan menjadi bekal untuk
proses pembelajaran berikutnya. Hasil akhir dari bimbingan ini adalah
konseli/peserta didik mampu belajar mandiri dan belajar sepanjang dan
sejagat hayat.
Peran dan fungsi serta tanggung jawab guru di MI/SD, selain mengajar
juga perlu memperhatikan keragaman karakteristik perilaku peserta didik
sebagai dasar penentuan jenis bantuan dan layanan dalam bimbingan
belajar, baik secara individual maupun secara kelompok.
Dalam kenyataan sehari – hari sering kita jumpai sejumlah guru yang
menggunakan metode tertentu yang kurang atau tidak cocok dengan isi dan
tujuan pengajaran. Akibatnya, hasilnya tidak memadai, bahkan mungkin
merugikan semua pihak terutama pihak siswa dan keluarganya, walaupun
kebanyakan mereka tidak menyadari hal itu. Agar proses belajar mengajar
berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan pembelajaran, guru
sebaiknya menentukan pendekatan dan metode yang akan digunakan sebelum
melakukan proses belajar mengajar. Pemilihan suatu pendekatan dan metode
tentu harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi
yang akan menjadi objek pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan
banyak metode akan menunjang pencapaian tujuan pembelajaran yang lebih
bermakna.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian strategi pendekatan pembelajaran ?
2. Bagaimana strategi pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk anak SD?
3. Apa pengertian teknik pembelajaran ?
4. Bagaimana teknik-teknik pembelajaran anak SD?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Strategi Pendekatan Pembelajaran Anak SD
Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi,menginspirasi, menguatkan,
dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Kata
Strategi berasal dari kata Strategos (Yunani) atau strategus. Strategos
berarti jenderal atau perwira negara (state officer). Jenderal inilah
yang bertanggungjawab merencanakan suatu strategi dan mengarahkan
pasukannya untuk mencapai kemenangan, begitupun tanggungjawab guru dalam
kelas mensiasati anak didik sehingga tercapai tujuan pembelajaran
peserta didiknya.untuk itulah diperlukan inovasi pembelajaran peserta
didik,dalam hal ini pembelajaran untuk siswa SD.
Dalam perkembangannya, konsep strategi telah digunakan dalam berbagai
situasi, termasuk situasi pendidikan. Implementasi konsep strategi dalam
kondisi belajar mengajar ini sekurang – kurangnya melahirkan pengertian
berikut.
1. Strategi merupakan suatu keputusan bertindak dari guru dengan
menggunakan kecakapandan sumber daya pendidikanyang tersedia untuk
mencapai trujuan melalui hubungan yang efektif antara lingkungan dan
kondisi yang paling menguntungkan.
2. Strategi merupakan garis besar haluan bertindak dalam mengelola
prosese belajar mengajar untuk mencapaio tujuan pengajaran secara
efektif dan efisien.
3. Strategi dalam proses belajar mengajar merupakan suatu rencana
yang dipersiapkan secara seksama untuk mencapai tujuan - tujuan
belajar.
4. Strategi merupakan pola umum perbuatan guru-peserta didik didalam perwujudan kegiatan belajar mengajar .
Perlu dijelaskan pula, bahwa strategi belajar mengajar bukan desain
instruksional seperti PPSI (Prosedur pengembangan sistim instruksional),
Satpel (Satuan Pelajaran) atau sejenisnya, Strategi belajar mengajar
lebih luaas dari semua itu. Mempertimbangkan suatu strategi bearti
mencari dan memilih model dan pendekatan proses belajar mengajar yang
didasarkan atas karakteristik dan kebutuhan belajar peserta didik dan
kondisi lingkungan serta tujuan yang akan dicapai.
Dengan kata lain strategi belajar mengajar merupakan siasat guru untuk
mengoptimalkan interaksi antara peserta didik dengan komponen komponen
lain dari sistem instruksional secara konsisten.
B. Strategi Pendekatan Pembelajaran Anak SD
Ada dua cara pendekatan dalam menggariskan strategi layanan bimbingan, yaitu :
1. Berdasarkan jenis dan sifat kasus yang dihadapinya
Sesuai dengan sifat permasalahannya, layanan bimbingan dapat diberikan
kepada siswa sebagai individual dan dapat pula diberikan kepada individu
dalam kelompok. Layanan bimbingan individual ini dapat digunakan jika
permasalahan yang dihadapi individu itu lebih bersifat pribadi dan
memerlukan beberapa proses yang mana dapat dilakukan oleh guru atau ahli
psikolog. Sedangkan Layanan bimbingan kelompok, diselenggarakan bila :
a. Terdapat sejumlah individu yang mempunyai permasalahan yang sama.
b. Terdapat masalah yang dialami oleh individu, namun perlu adanya hubungan dengan orang lain.
Layanan bimbingan ini dapat dilakukan dengan cara:
a. Formal, seperti : diskusi, ceramah, remedial teaching, sosiodrama, dan sebagainya.
b. Informal, seperti : rekreasi, karyawisata, student self government, pesta olah raga, pentas seni, dan sebagainya.
2. Berdasarkan Ruang Lingkup Permasalahan dan Pengorganisasiannya
Mathewson mengidentifikasi tiga strategi umum penyelenggaraan layanan bimbingan, sebagai berikut :
a. The strategy guidence thoughout the classroom
Dalam strategi bimbingan melalui kelas ini, ada slogan yang berbunyi
“Every teacher is a guidance worker”, yang artinya bahwa setiap guru
adalah petugas bimbingan. Slogan ini menjiwai seluruh pemikiran dan
praktik layanan sehingga bimbingan dapat selalu terlaksana.
b. The strategy of guidance throughout supplementary services
Dalam strategi bimbingan melalui layanan khusus yang bersifat
suplementer ini dapat dilakukan oleh petugas khusus yang ditujukan guna
mengatasi masalah pokok secara terpilih. Strategi ini merupakan pola
layanan bimbingan pendidikan dan vokasional.
c. The strategy of guidance as a comprehensive process trhoughtout the whole curriculum and community
Dalam strategi bimbingan sebagai suatu proses yang komprehensif melalui
kegiatan keseluruhan kurikulum dan masyarakat inimelibatkan semua
komponen personalia sekolah, siswa, orangtua, dan wakil-wakil
masyarakat. Strategi ini memerlukan fasilitas yang lebih lengkap dan
menuntut terciptanya suatu kerja sama yang harmonis di antara semua
komponen yang terlibat.
Ada juga pendapat lain yang menyebutka bahwa strategi bimbingan konseling di SD adalah sebagai berikut :
1. Strategi terintegrasi
2. Strategi klasikal
3. Strategi kelompok
4. Strategi individual
Menurut Supriyo (teknik bimbingan klasikal, 2010) menyebutkan beberapa pendekatan dalam pembelajaran, yaitu :
1. Pendekatan kontekstual
Pembelajaran kontekstual (contextual teaching learning – CTL) adalah
konsep belajar yang mendorong dosen/ guru untuk menghubungkan materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata mahasiswa/ siswa. Selain itu
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Pembelajaran berbasis CTL melibatkan komponen utama pembelajarn
produktif yaitu kontruktivisme (contructivim), bertanya (questioning),
menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan
(modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).
Penerapan CTL dalam kelas secara garis besar adalah :
a. Kembangkan pemikiran bahwa pebelajar akan belajar lebih bermakna
dengan bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilannya
b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
d. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)
e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
2. Pembelajaran berbasis masalah
Pembelajaran berbasis masalah ( problem – based – learning,
project-based teaching, experience-based education, authentic learning,
anchored instruction) adalah pendekatan pembelajaran yang mengggunakan
masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar cara
berpikir kritis dan terampil dalam memecahkan masalah, memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pembelajaran.
PBL memiliki ciri-ciri, yaitu ;
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah
b. Terintegrasi dengan disiplin ilmu lain
c. Penyelidikan otentik
d. Menghasilkan produk / karya
Tujuan PBL : mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas, mendorong
pengamatan dan dialog dengan orang lain, melibatkan siswa dalam
penyelidikan pilihan sendiri yang memungkinkan siswa menginterpretasikan
dan menjelaskan fenomena dunia nyata dengan pemahamannya sendiri,
berusaha membantu siswa menjadi pebelajar yang mandiri dan otonom.
Tahapan PBL ;
a. Orientasi pebelajar
b. Pembelajaran kooperatif kepada masalah
c. Mengorganisasi pebelajar untuk belajar
d. Membimbing penyelidikan (individu/kelompok)
e. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
f. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
3. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajarn kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan.
Elemen-elemen yang harus hadir dalam pembelajaran kooperatif adalah
salaing ketergantungan secara potitif, interaksi tatap muka,
akuntabilitas individual, dan keterampilan untuk menjalin hubungan antar
pribadi atau keterampilan sosial secara sengaja diajarkan.
Cara menerapkan pembelajarn kooperatif dengan beberapa metode yaitu :
a. Metode STAD (Student Teams Achievement Division)
Membagi siswa di kelas ke dalam kelompok atau tim (4-5 orang) dengan
anggota yang heterogen, tiap anggota tim menggunakan lembar kerja
akademik, dan kemudian salaing membantu untuk menguasai bahan ajar
melalui tanya jawab atau diskusi antarsesama anggota tim. Satau atau dua
minggu sekali guru mengevaluasi penguasaan siswa, pengahrgaaan
diberikan kepada individu atau tim yang meraih prestasi tinggi.
b. Metode Jigsaw
Kelas dibagi ke dalam beberapa tim (5-6 orang) dengan karakteristik yang
heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentk teks, dan
setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik
yang sama. Selanjutnya perwakilan tim berkumpul pada kelompok yang
disebut kelompok pakar (expert group). Para siswa yang berada pada
kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar
anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar.
Evaluasi secara individual dilakukan untuk mengetahui kemampuan mereka.
Individu atau tim yang berprestasi diberi penghargaan oleh guru.
c. Metode GI (Group Investigation)
Pelibatan siswa dalam sejak perencanaan, seperti dalam menentuka topik
maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Para guru membagi
kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 55-6 orang dengan
karakteristik yang heterogin atau berdasar kesenangan berteman atau
kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik
yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai
subtopik. Kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan
kelas secara keseluruhan. Deskripsi mengenai langkah-langkah metode GI
adalah :seleksi topik, merencanakn kerjasama, implementasi, analisis dan
sintesis, penyajian hasil akhir, dan evaluasi.
d. Metode structural
Metode ini menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Struktur tersebut ada yang
menekankan pada tujuan peningkatan penguasaan isi akademik ada pula
struktur yang bertujuan untuk mengajarkan keterampilan sosial. Struktur
Think-pair-share dan numbered head adalah struktur yang bertujuan
meningkatkan penguasaan akademik, sedangkan struktur active listening
dan time tokens adalah struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan
keterampilan sosial.
4. Strategi inkuiri
Strategi inkuiri adalah pembelajaran dengan penemuan (inquiry) yang
mendorong siswa belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka memiliki pengalaman dan
melakukan oercobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip
untuk diri mereka sendiri dengan penemuan. Inkuiri adalah seni dan ilmu
bertanya serta menjawab. Inkuri melibatkan observasi dan pengkukuran,
pembuatan hipotesis dan interpretasi, pembentukan model dan pengujian
model. Inkuiri menuntut adanya eksperimentasi, refleksi, dan pengenalan
akan keunggulan dan kelemahan metode-metodenya sendiri. Ketika guru
menggunakan inkuiri dalam proses pembelajannya, guru tidak boleh banyak
bertanya atau berbicara, dan intervensi. Adapun siklus inkuiri meliputi
langkah observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data,
penyimpulan.
Hal-hal lain yang disarankan pada penggunaan inkuri adalah mendorong
siswa agar mereka mengajukan dugaan awal dengan cara guru mengajukan
pertanyaan-pertanyaan membimbing, gunakan bahan dan permainan yang
bervariasai, berikan kesempatan kepada siswa untuk memuaskan keinginan
mereka meskipun mereka mengajukan gagasan-gagasan yang tidak berhubungan
langsung dengan pelajarn yang diberikan, dan gunakan sejumlah contoh
yang kontras atau perlihatkan perbedaan yang nyata dengan materi ajar
mengenai topik-topik yang terkait.
5. Pembelajaran Otentik
Pembelajaran otentik merupakan pendekatan pembelajaran yang
memperkenalkan siswa untuk mempelajari konteks bermakna. Siswa
mengembangkan keterampilan berpikir dan pemecahan masalah yang penting
dalam konteks kehidupan nyata. Guru, dalam hal ini dapat membantu siswa
untuk belajar memecahkan masalah. Cara yang digunakan adalah guru
memberi tugas-tugas yang memiliki konteks kehidupan nyata dan kaya
dengan kandungan akademik serta keterampilan yang terdapat dalam
kehidupan nyata.
6. Pembelajaran Berbasis Proyek/Tugas
Cara pembelajaran berbasis proyek adalah dengan merancang lingkungan
belajar siswa agar dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah
otentik termasuk pendalaman materi suatu topik mata pelajaran dan
melakukan tugas bermakna lainnya. Pendekatan ini memperkenalkan siswa
untuk bekerja secara mandiri dalam membentuk pembelajarannya dan
memunculkannya dalam produk nyata.
7. Pembelajaran Berbasis Kerja
Pembelajaran berbasis kerja adalah pembelajaran yang memerlukan
pendekatan yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja
untuk mempelajari materi pelajaran berbasis sekolah. Dalam pembelajaran
ini menjadikan tempat kerja atau sejenisnya dengan berbagai aktivitasnya
dipadukan dengan materi pelajaran untuk kepentingan siswa
8. Pembelajaran Berbasis Melayani
Pembelajaran berbasis melayani adalah pembelajaran yang memerlukan
penggunaan metodologi pengajaran yang mengombinasikan melayani
masyarakat dengan struktur berbasis sekolah untuk merefleksikan
pelayanan. Pembelajaran ini menekankan kepada hubungan antara pengalaman
melayani dan pembelajaran akademis.
C. Pengertian Teknik Bimbingan Anak SD
Teknik adalah cara kongkret yang dipakai saat proses bimbingan
berlangsung. Guru dapat berganti- ganti teknik meskipun dalam koridor
metode yang sama. Teknik bimbingan dapat diatikan sebagai cara yang
dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara
spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah
siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya
secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas
yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode
diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya
tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal
ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode
yang sama.
D. Teknik-teknik Pembelajaran Anak SD
Teknik-teknik bimbingan untuk anak SD antara lain dengan cara :
1. Teknik Individual, terdiri dari:
a. Directive counseling
Dengan teknik ini, konselor yang membuka jalan pemecahan yang dihadapi klien dengan alas an bahwa:
Anak yang belum matang mendiagnosis sendiri sukar memecahkan masalahnya, tanpa bantuan dari pihak lain yang berpengalaman.
Anak yang berkesulitan, sekalipun sudah diberi petunjuk apa yang harus dilakukan, mereka tidak mau dan tidak berani.
Mungkin ada masalah yang berat untuk dipecahkan oleh anak tanpa bantuan dari orang lain.
b. Non-directive counseling
Dengan prosedur ini, pelayanan bimbingan difokuskan pada anak yang
bermasalah atau disebut juga clien centered counseling. Adanya pelayanan
bimbingan bukan pelayanan yang mengambil inisiatif, tetapi klien
sendiri yang mengambil prakarsa, yang menentukan sendiri apakah dia
membutuhkan pertolongan dari pihak lain.
Carl Rogers memaparkan alas an sebagai berikut:
Setiap individu mempunyai kemampuan yang besar untuk menyesuaikan
diri serta memiliki dorongan yang kuat untuk berdiri sendiri.
Pembimbing hanya sebagai pengantar dan membantu klien dalam
menciptakan suasana damai, tenang, tidak tertekan, tidak merasa dipaksa
dengan kesediannya menyatakan kesulitannya kepada pembimbing.
c. Eclective counseling
Dengan teknik ini, pelayanan tidak dipusatkan pada pembimbing atau
klien, tetapi masalah yang dihadapi itulah yang harus ditangani secara
luwes, sehingga tentang apa yang dipergunakan ssetiap waktu dapat diubah
kalau memang diperlukan. Alas an yang dikemukakan oleh F.P. Robinson
antara lain:
Masalah dan situasi penyuluh selalu berbeda dan masalah yang tidak terbatas pada satu bidang kehidupan.
Langkah-langkah ppenyuluh harus selalu disesuaikan dengan keperluan yang dituntut oleh situasi penyuluhan.
2. Teknik Kelompok, terdiri dari:
a. Home room
Merupakan teknik bimbingan kelompok yang bertujuan agar para guru atau
pertugas bimbingan dapat mengenal murid-muridd secara lebih tepat
sehingga dapat membantunya secara lebih efektif (Eddy Hendrarno, dkk;
2003). Jumlah anggota kelompok dapat berupa kelompok kecil (5-10 orang)
maupun kelompok besar (25-30 orang). Tujuan teknik home room, selain
untuk mengidentifikasikan masalah dapat pula membantu siswa untuk memapu
menghadapi dan mengatasi masalahnya. Home room dapat bersifat
preventif, kuratif dan korektif.
b. Field drip (karya wisata)
Kegiatan karyawisata selain mrupakan kegiatan rekreasi ataupun salah
satu metode mengajar, dapat pula difungsikan sebagai salah satu teknik
dalam bimbingan kelompok (Djumhur dalam Eddy Hendrarno, dkk;2003).
Melalui kegiatan karyawisata pertugas bimbingan dapat mengarahkan murid
untuk belajar melakukan penyesuaian diri dalam kehidupan kelompok.
Melalui kegiatan ini bagi murid tertentu mendapat kesempatan untuk
mengembangkan bakatnya atau timbulnya minat dan cita-cita yang berkaitan
dengan obyek tersebut. Tujuan teknik ini adalah pemberian informasi,
pembentukan sikap danpengembangan bakat serta minat.
c. Group discussion
Diskusi kelompok merupakan salah satu teknik bimbingan kelompok yang
dilakukan dalam kelompok kecil (5-10 orang). Masalah yang didiskusikan
biasanya telah ditentukan oleh guru atau pembimbing. Waktu yang
dipergunakan tergantung pada jenis masalah, banyaknya masalah serta
kemampuan dan pengalaman murid. Pada umumya diskusi kelompok berlangsung
antara 30-60 menit.
d. Pelajaran bimbingan
Teknik bimbingan kelompok ini dilakukan pada kelompok murid yang sudah
dibentuk untuk keperluan pengajaran (Winkel dalam Eddy Hendrarno;2003).
Bimbingan dilakukan dalam kelompok-kelompok kelas yang telah ada.
Pembimbing masuk dalam kelas seperti guru biasa, tidak mengajarkan mata
pelajaran seperti dalam silabus, melainkan menyampaikan dan membahas
masalah bimbingan.
e. Kelompok bekerja
Kelompok kerja dibentuk dengan memperhatikan tingkah laku kemampuan,
jenis kelamin, tempat tinggal dan jalinan hubungan social. Bimbingan
dilakukan dengan memberikan kegiatan tugas-tugas belajar atau
tugas-tugas kerja lain. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan
belajar, menyalurkan bakat dan minat, mebentuk sikap kooperatif dan
kompetitif yang sehat, meningkatkan penyesuaian social, yang kesemuanya
akan mengarhakan pada perkembangan murid.
f. Pengajaran remidi
Pengajaran remidi diberikan kepada murid-murid yang mengalami kesulitan
belajar. Dalam pelaksanaannya dapat secara berkelompok maupun
individual, tergantung jenis kesulitan belajar maupunjumlah murid yang
mengalami kesulitan. Letak unsure bimbingannya ada pada pembentukan
sikap belajar, termasuk pemahaman diri akan kemampuannya erta timbulnya
minat dan dorongan untuk belajar.
g. Ceramah bimbingan
Kegiatan ini hamper sama dengan pengajaran bimbingan. Perbedaanya
terletak pada tempat. Ceramah bimbingan tidak selalu dalam kelas, tapi
dalam ruang-ruang besar dalam jumlah yang besar pula. Kelompk murid yang
diberi ceramah bimbingan tergantung pada tujuan bimbingan. Ceramah
bimbingan juga bukan merupakan khotbah, sebab dalam kegiatan ini murid
diberi kesempatan untuk berpendapat dan didorong aktif serta dilanjutkan
dengan follow up.
h. Organisasi murid
Pembimbing sekolah dapat mengarahkan agar murid dapat mengenal berbagai
aspek kehidupan social, mengembangkan sikap kepemimpinan dan kerjasama,
rasa tanggung jawab dan harga diri. Tujuannya antara lain menyangkut
penyesuaian diri, sikap kepemimpinan dan kerjasama dan pemecahan
masalah.
i. Sosiodrama dan psikodrama
Antara sosiodrama dan psikodrama mempunyai fungsi dan tujuan yang sama
dalam bimbingan. Bedanya, terletak pada jenisnya cerita yang dimainkan
dan tekanan masalah yang hendak diceritakan. Pada sosiodrama lebih
menekankan pada masalah psikis. Meskipun demikian antara keduanya sagat
erat hubunganya dan kadang-kadang sulit dibedakan.
DAFTAR PUSTAKA
Supriyo. 2010. Teknik Bimbingan Klasikal. Semarang : Swadaya Manunggal
Eddy Hendramo, Supriyo, Sugiyo. 2003. Bimbingan dan Konseling. Semarang : Swadaya Manunggal
SILABUS BIMBINGAN DAN KONSELING MKDK.pdf
file:///H:/Bhn%20Bimbel%20di%20SD/Metode%20pendekatan%20pembelajaran%20_%20peutuah.htm
file:///H:/Bhn%20Bimbel%20di%20SD/Pendekatan%20Kontekstual%20dalam%20Pembelajaran%20Matematika%20untuk%20Meningkatkan%20berpikir%20Kritis%20pada%20siswa%20Sekolah%20Dasar.htm
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/comment-page-11/#comment-29517